
"Karena rahmat dari Allah, engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka, sekiranya engkau berlaku keras dan berhati kasar, tentu mereka akan menjauhkan diri dari sekitarmu”. (Q.S. Ali Imran 3 : 159).
Obat merah adalah cairan yang berwarna merah untuk meng-obati luka yang tergores di kulit. Obat MARAH adalah suatu sikap atau tindakan yang dilakukan untuk mengobati luka yang tergores di dalam hati sebagai akibat MARAH. MARAH yang melampaui batas biasanya mata, telinga dan wajah tampak berwarna MERAH. Adapun ramah adalah sikap simpatik yang bisa dijadikan salah satu obat untuk menjauhkan hal-hal yang bisa menimbulkan penyakit MARAH. Dengan demikian ada tiga serangkai naluri yang dipunyai tiap individu, yaitu MARAH, MERAH, RAMAH. MARAH atau bahasa harfiah-nya adalah GHODHOB, termasuk salah satu katagori akhlaq madz-mumah (perbuatan tercela), yaitu suatu sifat yang memperlihatkan tindakan keras yang bisa melukai perasaan orang lain.
Memang sudah menjadi fithroh manusia, bahwa sifat yang satu ini pasti dimiliki tiap insan, yang sewaktu-waktu akan timbul bila emosinya terkena singgungan. Sebab tidak kuat menahan atau mengendali-kan dirinya dalam menghadapi konflik yang menimpanya. Perasaan yang menyertai sifat GHODHOB itu adalah jengkel, gusar, bingung ataupun frustasi yang terjadi dalam qolbunya. Secara zhahir, sifat GHODHOB akan menampilkan peta wajah manusia menyeramkan, antara lain dahinya terlipat, kelopak matanya berkerut, mimiknya garang dan suram, bibir dan giginya tampak geram, matanya melo-tot, warna wajahnya merah. Dengan melihat keadaan seperti ini, orang akan takut mendekat, sebab profil wajahnya tidak RAMAH tapi MARAH.
MACAM GHODHOB (MARAH) Sesuai fenomena yang terjadi, intensitas sifat ini meliputi beberapa tingkatan, yaitu :
1. MARAH yang melampaui batas, yaitu orang yang sulit untuk mengen-dalikan nafsu amarahnya dengan akal dan daya pikirnya, sehingga meng-akibatkan berbuat emosional, brutal dan berbuat tindak kejahatan. Bahkan yang dilakukannya sudah tidak sesuai dengan norma agama. Pada saat itu, yang bersangkutan tidak punya pikiran, niat atau kesadaran untuk menghentikan kemarahannya. Mata hatinya sudah gelap dari garis-garis petunjuk agama.
2. MARAH pertengahan, yaitu orang yang ketika sedang marah, dirinya sadar bahwa perasaannya gundah, dan ucapannya kasar, tetapi otaknya masih jalan, sehingga dia mampu meredam kemarahannya. Barangsiapa yang mampu mengen-dalikan hawa nafsunya, insya Allah akan terhindar dari berbuat kejahatan. Sesuai ucapan Nabi Yusuf as. : “Tidak akan aku biarkan diriku menuruti hawa nafsuku, sesungguhnya nafsu itu hanya mendorong orang untuk berbuat kejahatan”. (Q.S. Yusuf 12 : 53).
3. Tidak mudah MARAH, yaitu orang yang marah pada tempatnya. Dalam menghadapi suatu konflik misalnya, semestinya orang tersebut marah, tapi kenyataannya tidak marah. Dia bersedia menanggung kehinaan walaupun dirinya benar. Biasanya watak orang seperti ini fisiknya lemah dan jiwanya perlu diperkuat dengan nasihat dan spirit. Contoh lain, ketika Al Qur’an dihina dan dijadikan ejekan, dia diam dan tak tersinggung.
MENGAPA MARAH DILARANG Sifat MARAH yang salah ini dilarang oleh Allah, sebab mempunyai akibat merugikan sebagai berikut :
1. Dapat meretakkan hubungan persahabatan dan handai taulan.
2. Dapat menimbulkan kebencian dan yang bersangkutan akan terisolasi dari masyarakat.
3. Dapat memperbanyak musuh.
4. Dapat menimbulkan kerugian harta benda, yang disebabkan perkelahian dalam keluarga.
5. Dapat menimbulkan kerusakan materi, yang disebabkan oleh tawuran atau perkelahian massal yang dilakukan secara membabi buta (tahawur). Mereka menjadi jiwa pemberani karena merasa dirinya kuat bersama teman-temannya.
6. MARAH dapat mengurangi atau menghapus pahala puasa.
REAKSI BIOLOGIS Ketika dalam keadaan MARAH, beberapa organ tubuh akan bereaksi menunjukkan perubahan-perubahan, antara lain :
1. Nafas terengah-engah.
2. Detak jantung semakin kuat, lebih dari 1000 x per setengah jam.
3. Tekanan darah semakin tinggi.
4. Kelenjar Adrenal akan mempro-duksi hormon adrenalin besar-besaran, karena fungsi adrenalin salah satunya adalah meredam atau menormalisasi kinerja jantung dan darah. Kelenjar ini akan memper-banyak pembentukan glucosa (gula dalam darah). Kelenjar adrenal terletak di atas ginjal, panjang ± 5 cm, lebar 2,5 cm dan berat ± 0,5 ons.
5. Sebaliknya, bagi yang sulit marah, hormon Noradrenalin akan diproduksi sebagai hormon penguat.
6. Begitu suasana marah terjadi, saat itu juga kulit lambungpun terangsang untuk memproduksi enzim-enzim pencernaan seperti asam khlorida, hormon Gastrin dan Secretin.
7. Darah akan banyak mengalir ke jantung, organ saraf dan otot. Akibatnya, kinerja perut akan terhenti, stock gula dalam hati dialirkan ke dalam darah, sehingga kadar gula dalam darah lebih tinggi. Semua peristiwa biologis ini terjadi sebagai respons dari kode MARAH.
Firman Allah :
“Dan di dalam tubuh kamu sendiri kenapa tidak kamu perhatikan.” (Q.S. Adzariyat 51 : 21).
Bila sifat amarah ini terus menerus dilakukan, maka pekerjaan kelenjar Adrenal akan semakin berat, melelah-kan dan lambat laun akan terjadi kerusakan. Kalau sudah rusak, selanjutnya kehidupan akan terancam dengan berbagai penyakit diabetes, maag, stroke dan penyakit ikutan lainnya.
SOLUSI :
Agar terhindar dari sifat GHODHOB yang berkepanjangan, ada beberapa sikap yang perlu dilakukan, sbb. :
- Pertama kali ucapkan bacaan ta’awwudz “A’udzu billahi minasy syaithaanirrajiim”. Bila tidak berhasil, duduklah ketika berdiri, atau berbaring ketika duduk, atau lihatlah tanah sebagai asal kita diciptakan, atau wudhulah atau mandilah dengan air dingin.
- Tawakkal (penyerahan diri secara total kepada Allah Swt), sebab qadha dan qadar adalah yang terbaik. Firman Allah : “Mungkin kamu benci kepada sesuatu, padahal itu suatu kebaikan bagi kamu, dan mungkin kamu suka kepada sesuatu, tapi itu tidak baik bagi kamu. Dan Allah itu Maha Mengetahui, dan kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al Baqarah 2 : 216).
- Memupuk kesabaran dan taqwa agar suhu kemarahan dapat diredam. “Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (Q.S. Ali Imran 3 : 200).
- Begitu datang kemarahan, agar sekuatnya injak rem keramahan. Dari Abu Hurairah r.a. Nabi Saw bersabda: “Bukanlah orang yang keras itu karena perkelahian, tetapi yang disebut orang keras adalah yang dapat mengendali-kan diri ketika marah.” (H.R.Bukhari-Muslim).
- Memaafkan dan penyantun dapat memadamkan api kemarahan.
- Takutlah pada siksaan Allah, sebab kekuasaan Allah lebih besar daripada kemarahan.
- Pikirkan akibat marah, seperti balas dendam, caci maki dan kerusakan.
- Bayangkan bentuk wajah dan perangai yang buruk ketika sedang marah.
- Sadarlah bahwa kemarahan adalah kehendak Allah Swt, bukan kehendak manusia. Sifat marah bukan dihilang-kan, tetapi ditundukkan.
- Waspadalah dengan kegiatan unjuk rasa (demo) yang tak terkendali. Ia sangat berpotensi berlaku bringas, hura-hura, agresif, kebrandalan, yel-yel, emosional, teriakan-teriakan yang pada akhirnya timbul reaksi-reaksi keras. Secara bio-kimia, sifat ini akan tertanam ke dalam sel darah, lalu terbentuklah di dalam inti sel. Inti sel ini mengandung jaringan yang disebut gen. Gen ini selalu tumbuh dan hidup bersenyawa bersama kita yang mempunyai tugas sebagai penyimpan sifat/ akhlaq. Kimia gen atau DNA (Desoxyribo Nucleat Acid) ini merupakan tempat rahasia hidup yang akan memberikan sifat-sifat terhadap anak keturunan kita kelak.
Oleh karenanya, demi kemuliaan kita dan anak keturunan kita kelak, marilah sifat KEMARAHAN kita ubah menjadi KERAMAHAN. Dan sifat MARAH-MARAH kita ubah menjadi RAMAH TAMAH. Kalau terbiasa baca KORAN, maka ubahlah menjadi kebiasaan baca QUR’AN. Semoga Allah Swt senantiasa menganugerahkan hida-yah kepada kita sekalian. (Har).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar