Minggu, 17 Januari 2010

MUDGHOH ( SEGUMPAL DAGING )

"Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati”. (Q.S. Al-Hajj 22 : 32).

Antusias umat manusia dalam menyambut keagungan bulan suci Ramadhan tampak di wajah dan aktivitasnya dengan rasa gembira dan suka cita.


Mereka sangat rindu dengan sebuah bulan yang merupakan primadonanya rangkaian masa, yang insya Allah akan memberikan rahmat bagi seluruh umat manusia. Dalam bulan agung itu terdapat pula dekade waktu yang mengandung maghfiroh (ampunan) dan itqum minannar (pembebasan dari siksa api neraka). Sudah menjadi siklus tahunan, bahwa tiap datangnya bulan suci Ramadhan, berbagai kalangan bawah sampai atas telah mengadakan rancangan aktivitas baik dipandang dari aspek sosial maupun komersial. Kesemuanya itu adalah rangkaian program zhahir manusia.


Kita tahu, bahwa Allah SWT telah menciptakan satu tahun ada 12 bulan sesuai firmanNya : Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah 12 bulan”. (Q.S. At-Taubah 9 : 36).

Bila ditinjau dari aspek uluhiyah, Allah Swt telah merancang sedemikian rupa, bahwa ada satu bulan yang merupa-kan ibadah wajib bagi hambaNYA yang semata-mata untuk kepentingan Allah, yaitu puasa Ramadhan.


Perintah itu pada saat ini sedang menggema di berbagai belahan dunia, mengalun bersahut-sahutan, silih berganti. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah 2 : 183).

ASH-SHAUM

Secara harfiyah, kata ash-shaum didefinisikan sebagai menahan diri dari segala perbuatan yang membatal-kan (makan, minum, jima’) yang dilakukan sejak terbit fajar (Shubuh) sampai terbenam matahari (Maghrib). Kalau masalah shaum ini dilakukan hanya tidak makan minum dan jima’, maka hal itu sangat mudah bagi setiap orang. Sebab dari perbuatan mogok makanpun mereka kuat menahannya dalam beberapa hari. Namun secara syar’iyah, adalah menahan diri dari perbuatan yang membatalkan baik zhahir (external) maupun batin (internal) sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Ditinjau dari aspek ini, maka lengkaplah bahwa puasa adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri mulai dari jasad sampai kepada qolbu (hati), sejak terbit fajar sampai Maghrib.

MUDHGHOH

Dari Nu'man bin Basyir, Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya dalam tubuh itu terdapat segumpal daging (mudhghoh). Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati.” (H.R. Bukhari-Muslim).

Bila dicermati dengan seksama, maka hadits di atas mengandung unsur jasad anatomi manusia yang menyatakan adanya gumpalan daging dalam tubuh bernama hati. Kita perlu tadabbur (meneliti) fungsi liver (hati) yang letaknya sebelah kanan perut tepat di bawah sekat rongga perut. Bila fungsi liver mengalami kerusakan, maka seluruh tubuh akan mengalami gangguan. Demikian pula sebaliknya. Bila baik, maka baik pulalah seluruh tubuhnya.


FUNGSI LIVER (HATI)


Sudah menjadi sunnatullah, hati merupakan kelenjar terbesar dalam jasad manusia yang berfungsi sebagai pusat pabrik laboratorium kimia. Hati yang berbobot 1,2 – 1,7 kg, bertugas memproduksi lebih dari 500 zat kimia seperti vitamin, mineral, zat air seni, zat pembekuan darah, lemak, asam amino, dan lain-lain. Makanan yang kita makan, setelah dicerna dan diserap melalui saluran pencernaan, selanjutnya ditransfer melalui jutaan jaringan pembuluh darah yang berasal dari lambung, usus kecil dan limpa. Jaringan tersebut bersatu padu menjadi vena porta. Kemudian vena porta bercabang-cabang menjadi saluran lembut yang mengalir di antara sel-sel hati yang sedang bekerja.

Melalui saluran ini bahan makanan diubah dan disimpan sebagai penghasil tenaga untuk memenuhi kebutuhan otot-otot, tulang-tulang, urat-urat syarat dan jaringan lainnya. Kemampuan lain dari organ ini adalah menyalurkan glukose yang dikeluar-kan sedikit demi sedikit ke dalam darah, yang bisa mengaturnya secara konstan. Tiap hari, hati bekerja keras secara terus menerus, tak kenal lelah demi kestabilan dan kesehatan tubuh. Bila tubuh dalam keadaan sehat, berarti kinerja hati lancar dan sehat. Sehingga kita tak pernah mensyukuri-nya. Pekerjaan lainnya, hati juga bertindak sebagai penetral dan penghancur macam-macam racun berbahaya dan zat kimia/ obat-obatan dari luar.

Bila hati terkena infeksi dan racun berupa virus, parasit, zat kimia, dll, sehingga meradang hebat, itulah sakit hepatitis. Akibatnya seluruh tubuhnya akan lemah, demam, warna matanya kuning, dll. Tidak lama seluruh tubuh akan menderita. Bila hati tersebut rusak total, maka seluruh tubuh akan musnah dalam waktu 24 jam, dan tidak dapat dicangkok sebagaimana ginjal, mata, dan jantung. Hati memang benar-benar organ yang serba bisa dibanding semua organ tubuh lainnya. Hati diciptakan sedemikian rupa dan mutlak harus ada. Subhanallah, suatu anugerah luar biasa dari Allah Swt. Begitu hebatnya organ merah tua itu sebagai pabrik kimia, hati telah lama dianggap sebagai sebuah kekuatan yang memiliki jiwa, perasaan, nafsu, dll, sehingga tumbuhlah istilah-istilah yang mengiringi kata "hati". Seperti keras hati, sakit hati, rendah hati, baik hati, kecil hati, murah hati, hati nurani, hati kecil, hati sanubari, dll.

Sampai-sampai Allah Swt berfirman "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguh-nya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawaban". (Q.S. Al-Isra' 17 : 36). Tentunya yang dimaksud hati di sini adalah niat dan perilaku yang ada dalam batin (qolbu).

HIKMAH & HIMBAUAN

1. Kita yakin bahwa di dalam tubuh kita, sesungguhnya tidak sendirian. Allah lebih dekat dengan kita, sesuai firmanNya : "Dan apabila hamba-hambaKU bertanya kepadamu tentang AKU, maka (jawablah) bahwa AKU adalah dekat". (Q.S. Al-Baqarah 2 : 186).

2. Di dalam jasad kita pula, sepanjang hari seluruh organ tubuh telah bersatu padu mengerahkan kemampuannya masing-masing untuk menyehatkan kita, agar ibadah yang kita lakukan dapat berjalan lancar dan khusyu'. Sebelas bulan lamanya bekerja terus menerus. Hampir setiap makanan bisa kita beli untuk memberikan rasa enak bagi tenggorokan. Demikian juga aneka minuman rasa apa saja bisa kita raih untuk menambah kenikmatan yang hanya terbatas sampai tenggorokan saja. Bahkan makan dan minum yang dilakukan sudah kelewat batas tak terkendali, baik dilihat dari gizi maupun campuran kimia yang merugikan bagi kesehatan tubuh. Firman Allah Swt :

"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (Q.S. Al-Isra' 17 : 27).

3. Beruntunglah, Allah Swt telah menganugerahkan Ramadhan sebagai bulan kendali diri untuk makan minum dan nafsu lainnya. Artinya bulan ini merupakan waktu cuti bagi semua organ tubuh termasuk hati (liver) yang telah melakukan kesibukan selama 11 bulan lamanya. Di samping itu juga memberikan kesempatan untuk mengadakan overhaul (perbaikan) sel-sel yang telah rusak, agar jasad kita menjadi segar dan penuh semangat.

4. Dengan mengurangi makan minum berarti akan mengurangi produksi darah, yang akan mengakibatkan lalu lintas masuknya syaitan akan menjadi semakin sempit. Syaitan merasa terbelenggu dan sulit untuk menggoda manusia.

"DIA menjadikan apa yang dimaksukkan syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan kasar hatinya". (Q.S. Al-Hajj 22 : 53).

5. Memperbanyak muhasabah (koreksi diri), tawakkal, ampunan, amaliah Ramadhan, infaq, mengerah-kan akhlaqul mahmudah (terpuji), akan mampu menggeser kedudukan syaitan yang bersemayam dalam darah kita.

Dengan hikmah yang terkandung dalam ibadah shaum, maka kendali nafsu lahir dan batin merupakan pemicu, agar kita bisa berubah menjadi hamba yang memiliki nafsu muthmainnah. "Wahai nafsu muthmainnah! Pulanglah kepada Rabbmu dengan penun ridha dan diridhai". (Q.S. Al-Fajr 89 : 27-28). Yang insya Allah akan mengantarkan kepada hamba yang muttaqiin. (*Hr*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar