Senin, 18 Januari 2010

HUDALLINNNAS


“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia (hudallinnas) dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)".

(Q.S. Al-Baqarah 2:185).


Nuzulul Qur'an selalu diperingati tiap tahun di berbagai kalangan mulai dari musholla, masjid, perkantoran sampai pada tingkat kenegaraan.

Peringatan tersebut justru dilaksana-kan pada saat umat Islam dalam nuansa puasa dan melakukan shalat berjamaah. Bulan ini merupakan bulan yang berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Semaraknya taddarus dan ceramah-ceramah di masjid-masjid akan menambah tumbuhnya kecintaan kepada Al-Qur'anul Karim sebagai petunjuk bagi manusia (hudallinnas). Dilihat dari hakekat turunnya wahyu Allah tersebut, harus kita jadikan sebagai muhasabah (introspeksi), sejauh mana Kitab Suci Al Qur'anul Karim digunakan sebagai landasan utama bagi kehidupan ummat Islam. Apakah hanya sekedar dibaca, apakah sudah dibaca disertai makna-nya, apakah sudah difahami serta diamalkan secara individu, apakah sudah ditegakkan dan disebarluaskan pada lingkungan masyarakat, apakah masih ada keragu-raguan untuk dijadikan sebuah syari'at bagi mayori-tas umat Islam secara keseluruhan dan apakah masih terbatas pada acara musabaqoh (perlombaan) ?

Kalaulah tetap istiqomah mengaku beriman, mereka akan khusyu' untuk mengkaji Kitab Sucinya. Namun bila kepercayaannya luntur dan berpindah ke lain jalur, seperti duduk-duduk, ngobrol yang tiada guna, nonton video/ TV, shopping, dll, ini merupakan kerugian yang besar. Mereka tidak menggunakan kesempatan untuk meraih kemudahan dan kemurahan pahala dari Allah SWT di bulan suci ini. Allah SWT telah lama memperingatkan dalam firmanNYA :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu." (Q.S. Ali 'Imran 3 : 118). Langkah yang harus selalu kita lakukan untuk menggapai nilai taqwa adalah tekad perjuangan secara gigih untuk ghozwul fikri (perang pikir). Sebab pada hakekat-nya, perang yang paling besar bukannya perang Badar ataupun perang Uhud, melainkan perang antara pikiran melawan hawa nafsu yang bercengkerama di dalam hati kita. Taktik perang batin yang digunakan adalah syari'at yang terkandung dalam Kitab Suci Al-Qur'an, yang ada di rumah kita.


TURUNNYA WAHYU PERTAMA

Muhammad mengetahui keadaan masyarakat dan bangsanya yang menyedihkan, agama mereka runtuh, tauhidnya kotor dengan berhala-berhalanya, bangsanya hina, kejam dan keras. Rasa prihatin yang menyelimuti diri Muhammad, mendo-rongnya untuk melakukan tahannuts atau ibadah memusatkan diri untuk kesempurnaan jiwa. Beliau memilih Gua Hira' yang terletak di Jabal Nur (Bukit Cahaya), ± 5 km di Utara kota Makkah. Pada hari Rabu, malam 17 Ramadhan atau 12 Agustus 610 M, saat beliau sedang ber-tahannuts, datanglah Malaikat Jibril a.s. mem-bawa wahyu pertama : "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. DIA menciptakan manu-sia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajari (manusia) dengan pena." (Q.S. Al-'Alaq 96 : 1-5). Sejak itulah, beliau dilantik menjadi Rasul dalam usia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut hitungan Hijriyah (Qomar-iyah), atau usia 39 tahun 3 bulan 23 hari menurut hitungan Masehi (Syam-siyah).

TURUNNYA WAHYU KEDUA

Sejak wahyu pertama turun, perasaan Rasulullah tampak gelisah, cemas, dan khawatir kalau wahyu berikutnya terputus. Namun beliau tetap tekun bertahannuts di Gua Hira'. Setelah 2,5 tahun barulah wahyu Allah kedua turun : "Hai orang yang berselimut, bangunlah, berikanlah peringatan, besarkanlah (nama) Tuhanmu, bersih-kanlah pakaianmu, jauhilah berhala dan janganlah kamu memberi karena hendak memperoleh yang lebih banyak". (Q.S. Al Muddatstsir 74 : 1-7). Sejak itulah Rasulullah SAW berda'wah secara diam-diam, mulai keluarga sampai sahabat terdekat.

DA'WAH TERBUKA

Setelah 3 tahun Rasulullah berhasil melakukan da'watul afraad (da'wah orang per orang) dan da'watul syiriah (diam-diam), Allah memerintahkan agar da'wahnya dilakukan secara terang-terangan di tempat terbuka kepada penduduk Makkah, sesuai firmanNya : "Maka sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan kepadamu dan berpa-linglah dari orang-orang musyrik". (Q.S. Al-Hijr 15 : 94). Setelah dilaksanakan, da'wah Nabi SAW dijadikan pembicaraan berbagai lapisan masyarakat Makkah. Cacian, hinaan dan bahkan siksaan terhadap para pengikut beliau, dilakukan oleh para pemuka Quraisy secara kejam. Namun semangat Nabi terus maju tak gentar. Bahkan semakin tegas, tegar serta berani menghadapi berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Antara hidup dan mati, selama 12 tahun lamanya Rasulullah telah menegakkan agama Allah di tengah penduduk Makkah, selanjutnya hijrah ke Yatsrib (Madinah). Peristiwa akhir turunnya risalah periode pertama di Makkah ditandai dengan firmanNya: "Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir itu merencanakan kepada engkau supaya menangkapmu atau membu-nuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat rencana, dan Allahpun membuat rencana pula. Dan Allah sebaik-baik perencana". (Q.S. Al-Anfaal 8 : 30).

DA'WAH DI YATSRIB

Setelah menempuh perjalanan 14 hari sejauh ± 450 km, pada hari Senin, 8 Rabi'ul awwal tahun 1 H bertepatan tanggal 20 September 622 M, Nabi tiba di Quba ± 10 km dari kota Yatsrib. Selama 4 hari, beliau mendirikan sebuah masjid pertama dalam sejarah Islam, yang selanjutnya terkenal dengan nama Masjid Quba.

Pada hari Jum'at, 12 Rabi'ul awwal 1 H atau 24 September 622 M, Nabi saw, Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib masuk kota Yatsrib dengan sambutan yang hangat dan rasa hormat dari penduduknya. Setelah shalat Jum'at pertama kalinya, Nabi berkhutbah di hadapan kaum Muhajirin dan Anshor. Sejak ini kota Yatsrib berubah namanya menjadi Madinah (Kota Nabi). Setelah menetap, lalu Nabi menerapkan syari'at Islam yang mengatur tentang hubungan kekeluar-gaan antara kaum Anshor dan Muhajirin, hubungan muslim dan non muslim, aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan serta bebas ancaman dari luar. Dasar hukum ini tercantum secara rinci dalam Piagam Madinah, sebagai jabaran dari Undang-undang Allah Swt yaitu Al Qur'an. Dengan menerapkan syari'at yang dibawa Nabi Muhammad saw, maka Islam semakin jaya, kuat dan luas yang merupakan sukses besar serta diakui dalam sejarah dunia. Di tahun 9 H, utusan kabilah-kabilah Arab datang dari segala penjuru, menghadap Nabi saw untuk menjadi pemeluk agama Islam. Peristiwa menggembirakan ini digambarkan pada ayat : "Bila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia masuk ke dalam agama Allah berbondong-bondong, maka ber-tasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampunlah kepadaNya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat." (Q.S. An-Nashr 110 : 1-3).

TUGAS NABI SAW SELESAI

Pada hari Sabtu, 25 Zulqaidah 10 H atau 22 Februari 632 M, Nabi meninggalkan Madinah menuju Makkah untuk mengerjakan Haji Wada' disertai 100.000 pengikutnya.

Sabtu, 8 Zulhijjah 10 H atau/ 7 Maret 632 M, di bukit 'Arafah beliau menyampaikan pidato sebagai tugas terakhirnya di depan kaum muslimin, yang ditandai dengan firmanNya : "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepada kamu nikimatKu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagi kamu." (Q.S. Al-Maa'idah 5 : 3). Selesai ibadah haji, beliau kembali ke Madinah.

WARISAN NABI MUHAMMAD SAW

Senin, 12 Rabi'ul awwal 11 H atau 8 Juni 632 M Nabi Muhammad saw wafat dalam usia 61 tahun 1 bulan 19 hari menurut hitungan Syamsiyah (Masehi) atau tepat 63 tahun menurut hitungan Hijriyah (Qomariyah). Kini Nabi telah meninggalkan ummatnya tanpa warisan harta benda yang berarti kepada anak isterinya, tetapi beliau meninggalkan dua buah pusaka kepada seluruh umatnya sesuai sabdanya : "Kutinggalkan untuk kamu dua pusaka, kamu tak akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al Qur'an) dan Sunnah Rasulullah saw (Hadits)."

Turunnya 6236 ayat Al Qur'an telah berhasil membawa kemajuan bagi peradaban bangsa Arab dan hampir seluruh daratan Eropa, dengan fakta-fakta ilmiah yang tidak mungkin diketahui manusia saat itu. Dan sekarang telah diakui kebenarannya dalam membangun IMTAQ (Iman dan taqwa) dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan teknologi). Di negeri yang kita cintai ini, Bank-bank Syari'ah telah tumbuh di sektor perekonomian, namun syari'at Islam secara kaffah perlu kita perjuangkan terus sebagai HUDALLINNAS. (Hr).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar